Dinginnya pagi itu masih menjaganya
dalam lelap selimut baju kumal
rambutnya mulai meggimbal tebal
tangannya mengepal seraya ingin menutup badan
namun apa daya hanya sekepal
sandal menjadi bantal
berkasurkan aspal di pinggiran trotoar
hujan semalam mengiris tubuh.
ketika pekatnya embun membalut kulitnya yang kering
membasahi sebagian parasnya memucat
"ku yakin perutnya tak ada kehidupan sang cacing?!
menerbangkan empatiku
bergelayut menari-nari diatas lamunanku
berpegangan erat, bagaimana cara menolongnya
namun hanya sebuah tanya yang tersisa, karena aku tak berdaya
membayangkan....?
bagaimana tubuh mungilnya itu menahan hembusan malam?
dalam lelap selimut baju kumal
rambutnya mulai meggimbal tebal
tangannya mengepal seraya ingin menutup badan
namun apa daya hanya sekepal
sandal menjadi bantal
berkasurkan aspal di pinggiran trotoar
hujan semalam mengiris tubuh.
ketika pekatnya embun membalut kulitnya yang kering
membasahi sebagian parasnya memucat
"ku yakin perutnya tak ada kehidupan sang cacing?!
menerbangkan empatiku
bergelayut menari-nari diatas lamunanku
berpegangan erat, bagaimana cara menolongnya
namun hanya sebuah tanya yang tersisa, karena aku tak berdaya
membayangkan....?
bagaimana tubuh mungilnya itu menahan hembusan malam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar